Kamu mungkin pernah mendengar istilah work life balance. Istilah ini sering menjadi topik pembicaraan di kalangan para pekerja, khususnya generasi muda.
Ada yang menganggap work life balance sebagai sesuatu yang positif, tapi ada juga yang melihatnya secara negatif. Jadi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan work life balance itu? Supaya tidak salah paham, coba simak penjelasannya di bawah ini, ya.
Baca juga: Apa Itu Employee Benefit? Ini Pengertian dan Jenisnya.
Pengertian Work Life Balance.
Work life balance adalah konsep yang menekankan pada pembagian waktu antara jam kerja dengan waktu untuk melakukan aktivitas yang lain. Menurut Forbes, arti dari work life balance sebenarnya bisa berbeda-beda, tergantung pemahaman setiap orang.
Ada yang melihat konsep ini sebagai kemampuan untuk sepenuhnya melepaskan diri dari pekerjaan setelah jam kerja berakhir.
Tapi, ada juga yang melihatnya sebagai fleksibilitas untuk mengatur waktu kerja mereka sehingga mereka dapat menghadiri acara keluarga atau berpartisipasi dalam kegiatan hiburan.
Jadi, sebenarnya tidak ada definisi spesifik untuk konsep ini. Tapi, bisa disimpulkan bahwa work life balance artinya keseimbangan antara waktu kerja dan waktu untuk menjalankan kegiatan lain di luar pekerjaan.
Pentingnya Work Life Balance.
Seberapa pentingnya konsep work life balance saat bekerja? Sebenarnya, penting atau tidaknya konsep ini tergantung pada masing-masing orang. Kebanyakan karyawan, apalagi karyawan generasi muda, akan memandang konsep ini sebagai konsep yang sangat penting.
Sementara, karyawan dalam generasi yang lebih atas cenderung memiliki pola pikir yang berbeda soal bekerja dan tidak terlalu memprioritaskan keseimbangan antara waktu kerja dengan waktu istirahat.
Tapi, dari sisi perusahaan, menghargai work life balance karyawan sangatlah penting. Karena, dengan begitu, karyawan bisa menjadi lebih produktif dan berkontribusi dengan lebih maksimal bagi perusahaan.
Baca juga: Retensi Karyawan: Pengertian, Fungsi, Cara Hitung, Strategi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Work Life Balance.
Konsep ini sebenarnya dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain karyawan itu sendiri, hal-hal lain ternyata juga akan berdampak terhadap work life balance. Menurut Encade, berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi konsep tersebut.
1. Fasilitas Karyawan.
Setiap perusahaan memberikan fasilitas yang berbeda-beda. Selain gaji, ada fasilitas seperti cuti tahunan, cuti melahirkan, cuti keluarga meninggal, dan lain sebagainya.
Nah, semakin banyak fasilitas sejenis ini, biasanya work life balance karyawan akan semakin baik. Karena, mereka jadi punya waktu untuk melakukan hal-hal penting lain dalam hidup mereka selain bekerja saja.
Baca juga: 7 Jenis Asuransi untuk Karyawan yang Wajib Kamu Tahu.
2. Kebijakan Pemerintah.
Ternyata, kebijakan dan peraturan pemerintah juga berdampak terhadap kelangsungan konsep ini. Karena, pemerintah bisa saja mengeluarkan kebijakan yang membuat karyawan terpaksa bekerja terlalu banyak tanpa punya waktu untuk melakukan hal lain di hidupnya.
Contohnya, menurut UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, karyawan memiliki jam kerja sebanyak 40 jam dalam seminggu. Di luar jam tersebut, karyawan berhak atas waktu istirahat atau waktu pribadi.
3. Preferensi Pribadi.
Terakhir, preferensi atau selera masing-masing karyawan juga akan mempengaruhi pelaksanaan konsep ini.
Kalau sang karyawan adalah seorang workaholic yang lebih mementingkan waktu kerja, maka segala jenis cuti yang diberikan tidak akan dimanfaatkan untuk mencapai work life balance.
Cara Mewujudkan Work Life Balance.
Untuk mendukung kesejahteraan karyawan, perusahaan bisa memulai dengan mengetahui seberapa penting pengaruh work life balance terhadap produktivitas karyawannya, kemudian menyediakan regulasi serta fasilitas yang memadai.
Bila mengacu pada WebMD, beberapa cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk mendukung work life balance adalah sebagai berikut.
1. Tentukan Jam Istirahat Makan Siang.
Jangan sampai karyawan dipaksa bekerja penuh seharian tanpa ada waktu istirahat. Pihak perusahaan bisa menentukan jam kerja yang spesifik, mulai dari jam masuk dan jam pulang, serta jam istirahat makan siang.
Tekankan pada setiap karyawan dan manajer bahwa waktu istirahat adalah waktu bebas dari pekerjaan. Jadi, mereka tidak diperbolehkan untuk melakukan rapat di jam istirahat tersebut.
Selain jam istirahat, beberapa perusahaan di Indonesia maupun di luar negeri juga menerapkan 4 hari kerja seminggu, hal ini juga mungkin bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan program work life balance perusahaanmu.
2. Beri Fasilitas Cuti Tahunan.
Setiap karyawan pasti memerlukan istirahat selama beberapa hari dari pekerjaan mereka. Karena itu, pihak perusahaan bisa memfasilitasi hal ini dengan memberikan cuti tahunan.
Cuti tahunan di Indonesia bersifat wajib. Hal ini telah diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa karyawan berhak menerima cuti tahunan minimal 12 hari dalam setahun, khususnya jika karyawan sudah bekerja selama 12 bulan berturut-turut atau setara dengan satu tahun.
Baca juga: Ketahui Perbedaan Asuransi Kesehatan Pribadi dan Asuransi Karyawan.
3. Manfaatkan Komunikasi Online.
Sekarang ini, tidak semua jenis pekerjaan harus dilakukan secara offline atau tatap muka. Pihak perusahaan bisa menerapkan sistem kerja hybrid, dimana karyawan tidak diwajibkan untuk selalu datang ke kantor setiap hari apabila memungkinkan.
Sebisa mungkin, berikan fasilitas agar karyawan bisa melakukan komunikasi tim secara online. Misalnya dengan menyediakan aplikasi manajemen tugas seperti Asana atau Trello, serta aplikasi komunikasi online seperti Slack.
Dengan begitu, karyawan tidak harus menghabiskan waktu untuk menempuh perjalanan ke kantor setiap hari. Mereka dapat mengeksekusi pekerjaan secara lebih produktif dari tempat pilihan mereka kemudian setelah seluruh pekerjaan selesai, mereka memiliki waktu lebih banyak untuk melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan.
4. Batasi Jumlah Rapat.
Seringkali, karyawan mengalami stres karena banyaknya rapat yang harus dihadiri. Nah, untuk mendukung work life balance, perusahaan bisa membuat aturan mengenai jumlah rapat maksimal dalam satu hari atau satu minggu.
Selain itu, buat juga aturan mengenai durasi rapat yang diperbolehkan. Terkadang, rapat bisa berlangsung terlalu lama dan karyawan malah jadi tidak bisa bekerja secara produktif.
Baca juga: Team Building: Definisi, Manfaat, Jenis, Ide Kegiatan.
5. Beri Fasilitas Upah Lembur.
Kalau memang ada karyawan yang terpaksa bekerja lebih dari jam kerja yang telah ditentukan, pihak perusahaan bisa memberikan kompensasi berupa upah lembur. Ini akan membantu meningkatkan semangat karyawan.
Ketentuan mengenai pemberian upah lembur juga telah diatur dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
Akhir Kata.
Work life balance adalah konsep yang sangat penting untuk memaksimalkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Sebagai pemilik bisnis, kamu harus memikirkan cara supaya work life balance para karyawan terjaga dengan baik.
Salah satu cara untuk meningkatkan work life balance adalah lewat asuransi karyawan. Karyawan yang sehat bisa bekerja jadi lebih produktif dan pastinya bisa membawa hasil yang lebih baik untuk kinerja perusahaan. Nah, jika kamu saat ini butuh lebih banyak informasi seputar keuangan dan bisnis, kamu bisa cek artikel yang ada di Blog Sunday!
Sunday mewajibkan penulisnya untuk menggunakan sumber-sumber kredibel di setiap artikel yang diproduksi. Sumber tersebut meliputi penelitian ilmiah, data pemerintah, data internal perusahaan, laporan asli, dan wawancara dengan para ahli di industri terkait. Kami juga mengambil referensi riset dari penerbit terpercaya jika dibutuhkan.
Artikel ini mengambil referensi dari sumber-sumber berikut.
- Forbes. “What Does Work-Life Balance Even Mean?”
- WebMD. “8 Ways To Improve Work-Life Balance For Employees.”
- Encade. “Factors Which Influence Work-Life Balance.”
- Peraturan BPK. “Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003.”
Penulis: Leah Huang
Editor: Rifda Aufa Putri