Tertarik untuk mulai berbisnis? Sebelumnya, kamu harus tahu dulu apa saja etika bisnis yang harus dipatuhi saat menjalankan usaha.
Pemilik bisnis yang memiliki etika baik punya potensi untuk menjadi lebih sukses dan berkembang. Karena itu, mari pelajari pengertian dan jenis-jenis etika bisnis di artikel ini!
Baca juga: Cloud Kitchen: Definisi, Cara Kerja, Kelebihan dan Contoh.
Pengertian Etika Bisnis.
Menurut Investopedia, etika bisnis adalah prinsip moral, kebijakan, dan nilai-nilai yang mengatur cara perusahaan terlibat dalam aktivitas bisnis. Kode etik dalam bisnis akan membantu membangun kepercayaan antara bisnis dengan para pelanggannya.
Etika bisnis akan mempertimbangkan konsekuensi sosial dan lingkungan saat menjalankan bisnis. Tanpa etika ini, maka bisnis tidak bisa diterima dengan baik oleh masyarakat karena dipandang memiliki dampak buruk.
Bisnis yang beretika adalah bisnis yang beroperasi dengan mengutamakan prinsip-prinsip moral, seperti integritas, tanggung jawab, dan kepatuhan hukum.
Tujuan Etika Bisnis.
Kenapa sebuah usaha harus mempertimbangkan etika bisnis? Karena, pada dasarnya etika bisnis adalah dasar yang membentuk perilaku suatu usaha. Berikut ini beberapa tujuan etika bisnis:
- Meningkatkan kepercayaan dan reputasi baik perusahaan.
- Menyeimbangkan antara sikap yang baik dengan kegiatan operasional bisnis.
- Meningkatkan hubungan baik antara para stakeholder.
- Menciptakan sebuah ekosistem bisnis yang adil dan sesuai hukum.
- Menghindari kecurangan dan perilaku tidak adil dalam berbisnis.
Biasanya, perusahaan dengan etika yang buruk cenderung bersaing secara tidak sehat, melakukan berbagai kecurangan, bahkan sampai merugikan atau membohongi pelanggan.
Baca juga: Kenali Fintech: Definisi, Dasar Hukum, Jenis, dan Manfaat.
Alasan Pentingnya Etika Bisnis.
Dalam melakukan kegiatan usaha, kamu harus tahu pentingnya etika bisnis. Tidak adanya etika yang baik akan berdampak buruk terhadap kelangsungan bisnis.
Ketika bisnis menerapkan etika yang baik, maka akan ada beberapa keuntungan yang dirasakan. Dikutip dari Investopedia, beberapa alasan yang membuat etika bisnis menjadi penting adalah sebagai berikut.
1. Reputasi yang Baik.
Kalau sebuah usaha punya etika yang baik, maka reputasinya pun akan meningkat di mata pelanggan, karyawan, maupun masyarakat umum. Secara tidak langsung, hal ini akan membantu membangun kepercayaan yang kuat, sehingga bisnismu bisa bertahan dalam waktu lama.
2. Menarik Tenaga Kerja Berkualitas.
Waktu menjalankan usaha, tentunya kamu perlu bantuan dari tenaga kerja lainnya. Supaya karyawan lebih tertarik untuk bekerja dalam waktu lama, bisnismu haruslah memiliki etika yang baik.
Begitu perusahaan mulai dikenal sebagai perusahaan beretika baik, maka akan ada banyak tenaga kerja baru yang berkualitas yang semakin tertarik untuk melamar.
3. Dipercaya oleh Investor.
Salah satu aspek terpenting dalam memulai bisnis adalah mendapatkan modal yang memadai. Banyak orang mengandalkan investor untuk mengumpulkan modal usaha. Tapi, mencari investor tidaklah mudah.
Salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan investor adalah menerapkan etika yang baik. Bisnis yang beretika baik biasanya lebih transparan dan patuh terhadap hukum, sehingga investor pun bisa lebih yakin dan merasa tenang untuk menanamkan modal di bisnis tersebut.
Baca juga: Financial Planning: Pengertian, Manfaat, Caranya.
Mengenal Prinsip Etika Bisnis.
Dalam etika bisnis, prinsip adalah seperangkat nilai-nilai dan standar perilaku yang akan menjadi dasar sebuah bisnis ketika mengambil keputusan dan melakukan kegiatan usaha. Menurut InvestinAsia, beberapa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut.
1. Kejujuran.
Prinsip ini menekankan pentingnya berbicara dan bertindak dengan jujur dalam semua aspek bisnis. Kejujuran dapat terlihat dari cara bisnis menyampaikan informasi secara transparan, menepati janji kepada para investor, serta melakukan komunikasi terbuka secara konsisten.
Selain itu, prinsip kejujuran juga berkaitan dengan upaya sebuah bisnis dalam menghargai privasi, mematuhi peraturan perlindungan data dan menghormati privasi pelanggan dan juga karyawan.
2. Integritas.
Prinsip integritas menuntut konsistensi dalam perilaku, melibatkan kejujuran dan transparansi dalam semua aspek bisnis. Prinsip ini juga melibatkan tanggung jawab atas tindakan dan keputusan yang diambil.
Nah, bisnis yang dijalankan dengan integritas cenderung menarik lebih banyak pelanggan, mendapatkan dukungan investor, dan membangun hubungan yang lebih baik dengan mitra bisnis.
Baca juga: 14 Cara Melunasi Utang dengan Baik, Keuangan Dijamin Aman!
3. Kesetiaan.
Sebuah bisnis juga harus bisa bersikap setia terhadap para pelanggan dan juga karyawannya. Bisnis yang setia adalah bisnis yang memperlakukan karyawan dengan adil dan menghargai kontribusi mereka.
Selain itu, kesetiaan juga terlihat dari upaya bisnis dalam mendengarkan kebutuhan pelanggan dan juga memberikan pelayanan semaksimal mungkin.
4. Otonomi.
Bisnis yang beretika harus bisa mengambil keputusan moral secara independen. Seluruh karyawan perusahaan haruslah tegas dan sadar dalam membuat suatu keputusan, serta patuh akan nilai-nilai norma masyarakat.
Otonomi juga bisa kelihatan dari cara bisnis mematuhi hukum yang berlaku. Saat mengambil keputusan, pemilik bisnis harus mempertimbangkan aturan yang ada.
5. Keadilan.
Prinsip keadilan menuntut bahwa semua individu harus diperlakukan dengan adil, tanpa diskriminasi atau keberpihakan yang tidak adil berdasarkan ras, gender, agama, atau faktor lainnya.
Artinya, sebagai pemilik bisnis, kamu harus bisa melayani seluruh pelanggan secara merata, tanpa membeda-bedakan mereka.
Kamu juga harus bersikap profesional saat merekrut karyawan, mempertimbangkan kualifikasi mereka, bukan mempekerjakan seseorang atas dasar ras, agama, atau latar belakang tertentu.
Baca juga: 5 Tahapan Piramida Perencanaan Keuangan.
Contoh Penerapan Etika Bisnis.
Sekarang, kamu sudah tahu apa pengertian dan prinsip-prinsip etika bisnis. Supaya kamu bisa memahaminya dengan lebih jelas, berikut ini beberapa contoh etika bisnis menurut Indeed.
1. Perlindungan Data.
Banyak bisnis yang mencoba mengumpulkan informasi pelanggan guna bisa melayani pelanggan dengan lebih baik. Informasi yang dikumpulkan umumnya berupa email, nomor telepon, dan domisili.
Nah, bisnis yang beretika baik pasti akan selalu meminta izin dari pelanggannya sebelum mengumpulkan informasi tersebut. Selain itu, mereka akan berjanji kepada para pelanggan bahwa informasi tersebut benar-benar dijaga dengan baik, tidak disebarluaskan.
2. Keberagaman di Tempat Kerja.
Seperti yang dijelaskan di atas, salah satu prinsip etika bisnis adalah keadilan. Keadilan ini harus diwujudkan dengan menciptakan keberagaman di tempat kerja. Keberagaman yang dimaksud di sini adalah mempekerjakan karyawan dari berbagai latar belakang berbeda.
Saat merekrut karyawan, kamu perlu mempertimbangkan kualifikasi dan kinerja mereka secara profesional. Hindari merekrut atau memberhentikan karyawan hanya karena latar belakang ras, agama, gender, dan sebagainya.
3. Mengutamakan Pelanggan.
Contoh lainnya, bisnis yang beretika adalah bisnis yang selalu mengutamakan kepuasan pelanggan. Salah satu caranya dengan mengingat apa yang mereka sukai dan meminta saran atau kritikan supaya pelayanan bisnis bisa dimaksimalkan.
Misalnya, jika ada pelanggan yang mendapatkan produk dengan kualitas buruk seperti rusak atau pecah, maka sebagai bisnis yang baik kamu bisa memberikan kompensasi dengan mengganti rugi kerusakan tersebut.
Akhir Kata.
Jadi, etika bisnis adalah hal penting yang harus dipertimbangkan kalau kamu sedang berbisnis. Pahami apa saja prinsip-prinsipnya dan pastikan untuk menerapkannya dalam bisnismu, ya. Kalau saat ini kamu sedang mencari lebih banyak informasi seputar bisnis, finansial, ataupun asuransi, kamu bisa cek selengkapnya di Blog Sunday!
Sunday mewajibkan penulisnya untuk menggunakan sumber-sumber kredibel di setiap artikel yang diproduksi. Sumber tersebut meliputi penelitian ilmiah, data pemerintah, data internal perusahaan, laporan asli, dan wawancara dengan para ahli di industri terkait. Kami juga mengambil referensi riset dari penerbit terpercaya jika dibutuhkan.
Artikel ini mengambil referensi dari sumber-sumber berikut.
Penulis: Leah Huang
Editor: Rifda Aufa Putri